Pages

Tuesday, October 9, 2012

Hujan di Jogja



Jogja mulai hujan pagi ini. Mendung, gelap, tak tampak cahaya mentari. Aku suka hujan, tapi sekarang tidak lagi. Aroma khas tanah yang sudah lama tak pernah kucium, pagi ini serasa membangkitkan memoriku satu setengah tahun lalu. Ya, tak pernah ada yang tau, hujan sore itu adalah hujan terindah bagiku. Hujan lebat dengan hembusan angin yang dapat menghancurkan tatanan kertas-kertas coretanku, menerbangkannya ke arahmu berdiri.

Air hujan ini, tak sehangat biasanya, sekarang mulai dingin dan tidak menyenangkan. Hujan, mengapa kau datang lagi membawa memori bahagia waktu lalu? Jika kedatanganmu hanya ingin menunjukkan bahwa kesedihan itu bersifat sementara, maka percuma saja. Bahagia tak akan pernah datang padaku, dan sekarang kau justru mendatangkan lagi kesedihan-kesedihan yang sedang aku buang.

Tak juga berhenti hujan pagi ini. Semakin hebat angin berhembus, dedaunan dan ranting mulai rapuh dan berjatuhan. Aku lihat sekelilingku, kosong, sepi dan semua terhanyut dalam ritme hujan. Aku diam, sepertinya aku mulai menikmati suasana pagi ini. Baiklah, aku ikuti caramu membawaku ke masa lalu wahai hujan, tunjukkan padaku bahwa kebahagiaan akan datang lagi padaku.

Lima menit, sepuluh, dan satu jam berlalu, hujan sepertinya tak akan berhenti sekarang ini. Wahai hujan, jangan tinggalkan aku. Aku merindukanmu, juga semua memori yang kau bawakan untukku. Ya, aku kembali masa laluku. Aku kembali dengan kesedihan yang menggelayutiku. Satu setengah tahun lalu, durasi yang sangat lama untuk kubuang dari memori hidupku. Senyum dan kelembutan itu terpancar jelas, dan sekarang ketika aku kembali, semua masih tampak jelas.

1 comment: