Pages

Thursday, February 21, 2013

Teruntuk Calon Putra-Putriku: Dengarkan lagi


Sajak dingin embun pagi begitu jelas terasa, suara hembusan angin terdengar merdu, perlahan menggoyangkan bulu-bulu lembut lengan tanganku. Gelap, pagi tampak masih gelap, mentari masih enggan bangun dari peraduan dan kelopak mataku masih teguh dengan kemalasannya terbuka. Tidak ada yang menarik pagi ini, setelah semalam rintik hujan terus saja turun, membasahi dedaunan yang memang haus akan air, melewati sela-sela batang yang sudah kering dan pucat. Hai, selamat menyambut pagi calon putra-putri kecilku, maafkan calon ibumu ini yang masih bersikap layaknya anak-anak, lebih tepatnya pemalas.

Sekarang jawablah pertanyaanku, ada kegiatan apa kamu hari ini? Olah raga, mengerjakan PR, atau mungkin hanya sekedar bermain bersama teman-temanmu, Nak? Bagaimana jika kamu duduk manis di sini dan calon ibumu ini akan melanjutkan cerita kita semalam, setuju? Jika iya, mengangguklah, maka aku akan segera bangun dan mencuci mukaku. Namun, tunggu sebentar, aku ingin menyapa Tuhanku terlebih dahulu, aku sangat merindukannya setelah perpisahan kami beberapa jam lalu. Tunggu Nak, dan bersiaplah, kali ini tempatkan hatimu benar-benar, biarkan hatiku dan hatimu saling berkomunikasi Nak.

Baiklah, sekarang calon ibumu ini sudah siap bercerita, kamu dengarkan baik-baik ya Nak. Bila kamu mulai bosan jangan segan untuk menghentikan ceritaku, aku akan segera berhenti dan membuat secangkir teh untukmu agar suasana hatimu kembali nyaman.

Calon putra-putriku sayang, semalam Tuhan menegurku. Dia bilang aku membuatmu resah dan bimbang, benarkah? Dia bilang kegundahan yang aku ceritakan padamu membuatmu ketakutan menyambut sinar duniaku, benarkah? Dia juga bilang kamu menjadi sangat bingung untuk memantapkan hati pada calon ibumu ini, benarkah? Sayang, maafkan calon ibumu ini, mungkin tidak seharusnya aku berkeluh kesah padamu. Seandainya aku bisa memilih, aku akan meminta agar kamu ditempatkan pada calon ibu yang dapat memberikan kasih sayang sepenuhnya, menjadi sosok perempuan tegar yang dapat melindungi tubuh rapuhmu Nak.

Sayang, bukan maksudku menakutimu. Kamu mungkin memang berhasil membayangkan diriku sesuai dengan sosok yang aku ceritakan padamu, akan tetapi harus kamu tahu bahwa tidak semua hal yang kamu imajinasikan itu mungkin benar. Biar aku jelaskan lagi kepadamu calon putra-putri kecilku.

Sayang, bukan ketakutan yang aku harapkan darimu, bukan pula kegelisahan yang justru menggelayutimu, melainkan pengertianmu pada calon ibumu. Ya, kamu tidak perlu takut calon putra-putriku, calon ibumu ini memang bukan orang yang baik, akan tetapi orang yang tidak yang baik itu bukankah juga memiliki kebaikan di sisinya yang lain? Itu yang aku maksudkan, Nak, lihatlah pula sisi lain keburukanku, suatu tempat dimana secerca cahaya kebaikan ada memenuhinya. Dan sekarang yang harus kamu tahu dan pahami adalah lihatlah sisi baikku dan terimalah sisi buruk hidupku, dua sisi berbeda yang secara bersama akan menemani hari-harimu nanti. Mengerti, Nak? Baiklah, aku harap kamu mengerti.

-Calon ibumu, Nurma 12022013-

No comments:

Post a Comment