Pages

Sunday, December 28, 2014

Doa dibalik WhatsApp yang tertunda


            Hai..selamat bertemu lagi, kali ini dengan kondisi yang berbeda, lebih akrab, mungkin iya atau biasa saja. Hai..apa kabar, katamu kamu sehat, aku harap demikian benar kondisimu. Tidak ada yang berubah dari caramu menyapa, tetap hangat di antara percakapan yang sangat jarang terjadi pada kita, aku dan kamu. Kita bahkan hanya tiga kali saling menyapa, bukan, lebih tepatnya aku yang menyapamu lebih dulu dan pernah pula sekali kamu berpamitan pulang kepadaku, jabat tangan mengakhiri perjumpaan kita siang itu.
            “Dik, aku pamit pulang dulu ya, masih ada kegiatan lain selepas ini, titip salam untuk teman-teman” katamu singkat sambil menjabat tanganku.
            “Thanks banget mas udah dateng, hati-hati di jalan, tahu arah jalan pulang kan?” tanyaku.
            “Tahu dong, kalau kesasar tinggal tanya GPS.” jawabmu bersemangat.
            “Oke, kirain mau tanya aku, udah siap pulsa nih.” kataku sambil nyengir.
            Semua berlalu, sudah dua bulan tidak berjumpa denganmu dan malam ini Tuhan memberi sedikit jawaban atas doaku. Tuhan tidak pernah salah menentukan waktu, termasuk pertemuan kita saat ini, walaupun bagiku ini tidak tepat. Aku harus bersyukur pada Tuhan karena hari ini kesempatan besarku bertemu denganmu bisa terjadi, setelah sekian waktu doaku teruntai dan saat fokusku tergeser ternyata Tuhan mengingatkanku demikian baiknya.
            “Tuhan, sekiranya dia tepat bagiku, maka ingatkan aku untuk bersabar menanti waktu yang baik meski sekedar merasakan kehadirannya tanpa berhadapan langsung.” pintaku sederhana.
            Malam ini aku sengaja membuka WhatsApp, sekedar membersihkan pesan yang sudah lama tidak terbuka, 1082 chats dan 2 diantaranya adalah darimu. Bukan obrolan sapaan memang, tapi sungguh ini membahagiakan. Kamu kirimkan beberapa minggu lalu, sekedar menawarkan kaos edisi traveling, sebagian keuntungan disisihkan untuk dana kemanusiaan, tidak berubah, kamu tetap kamu yang dulu. Sungguh, aku mengagumimu dan tidak pernah berkurang hingga saat ini, dan (mungkin) selamanya. Seandainya aku buka chatmu seketika setelah kamu mengirimnya, mungkin pertemuan kita tidak akan seindah pertemuan singkat malam ini.

Terima kasih Tuhan, telah Kau ajarkan aku kesabaran dan anugerah kekuatan sehingga doaku tidak putus untuknya yang entah benar-benar baik untukku atau justru sebaliknya. Aku terus berusaha untuk menjadi sebaik-baiknya hambaMu, hanya berharap karunia yang pantas dariMu. Tolong bantu aku, Tuhan.

No comments:

Post a Comment