Pages

Thursday, February 19, 2015

Dia yang Ku Sebut Mamakku

Mamak, seorang wanita yang tidak bisa didefinisikan hanya dengan kata atau kalimat. Peragainya keras tetapi hatinya lembut, itu mamakku, mungkin berbeda dengan mamakmu atau mamak-mamak lainnya. Mamak lain mungkin peragainya lembut tapi hatinya kaku. Pernah aku temukan yang seperti itu, dari peragai luar tampak elok dan memesona, setelah mengenal akhirnya tau yang ada dalam hatinya, padahal barang siapa hatinya baik maka tidak perlu dipungkiri peragai luarnya di mata orang lain, sudah tentu baik.

Aku akan bercerita tentang mamakku. Aku sudah bilang di awal, mamakku tampak keras sikapnya tetapi jangan tanya soal hatinya yang baik, aku saja kalah. Mamakku tidak pernah mengataiku buruk, meski amarahnya sering kali keluar karena kenakalanku, setidaknya mamak kemudian mengerti bahwa anak muda perlu dibimbing dan diarahkan bukan sekedar diajari. Begitulah mamakku, kebetulan mamak seorang guru biologi di kelas XII salah satu SMA yang muridnya dikenal nakal. Mamak meskipun sudah masuk kepala lima tetapi selalu saja mau dari siswa-siswanya dan juga dari abang dan aku. Mamak tidak memungkiri bahwa dalam kehidupan ini semua manusia punya kehidupan yang bervariasi, tingkatan cobaan dan kekuatan bertahannya berbeda sehingga mamak bilang perlu belajar dari semua orang, bukan hanya dari orang yang lebih tua, melainkan dari yang muda juga bisa.

Aku terlahir sebagai anak perempuan mamak yang berhati kecil. Aku tidak bisa menerima perkataan kasar, bentakan ataupun cibiran orang lain, kecuali mamak. Ya, aku langsung menangis bila diperlakukan yang seperti itu dan mamak adalah tempatku menangis dan mengadu. Aku pernah mendadak telepon mamak ketika seseorang mengataiku dengan kalimatnya yang tidak enak. Mamak hanya diam dan sesekali terdengar hanya mengatakan “ya” di beberapa jeda kalimatku yang tidak terlalu jelas karena tangisanku. Aku tidak bisa berhenti menangis, begitulah aku, bila sekali menangis akan sangat lama berhenti, akan lama juga memendam perasaan bersalah atau benci.

Mamak pernah berdiskusi denganku dan abang pada suatu kesempatan. Mamak bilang mamak bukan orang yang baik karena hanya ada segelintir siswa yang suka dengan mamak. Siswa mamak mengatai mamak galak, banyak memberi PR, mengadakan jam ke-nol, memberi hukuman menggambar anatomi tubuh manusia, hewan, dan/atau tumbuhan atau menghafal surat Ar-Rahman bila tidak mengerjakan PR dan lain sebagainya. Mamak kemudian berkata dengan mimik wajahnya yang serius bahwa mamak ingin menjadi orang yang baik menurut siswanya, tetapi mamak tidak bisa. Mamak bukan tidak bisa menjadi baik, hanya saja baik atau tidak baik adalah dua hal yang definisinya selalu berbeda bagi setiap orang. Baik untukku bukan berarti baik di mata abang atau bapak, bukan berarti buruk di mata mamak. Lalu mamak bertanya pada kami, bagaimana definisi baik atau tidak baik itu?

Aku menjawab simpel saja, baik itu yang tidak menyakiti orang lain dan membuat orang lain bahagia sedangkan tidak baik itu ya sebaliknya, tetapi ada beberapa pengecualian misalnya yang terjadi pada mamak. Tujuan tidak baiknya mamak adalah untuk mendidik, mengarahkan siswanya untuk minimal menjadi baik bagi dirinya sendiri dengan mengerjakan tugas, menerima hukuman atas kesalahannya sendiri, mendidik mereka yang tidak mendapat didikan yang cukup dari lingkungannya. Abang melanjutnya, bahwa baik itu adalah yang diperintahkan Tuhan selain itu tidak baik, pada kasus yang terjadi pada mamak, tidak bisa hal yang dilakukan mamak dikatakan tidak baik karena tidak baik itu yang menyesatkan dan membuat seseorang melenceng dari baik dalam hidupnya. Bapak hanya diam dengan tumpukan kertasnya yang entah apa, mamak bilang bapak sedang fokus memasukkan nilai siswanya, sebentar lagi rapor akan dibagikan sehingga pekerjaan bapak harus dikebut.

Mamak kemudian bertanya padaku, tentang orang yang mengataiku hingga dulu membuatku menangis. Apakah yang dilakukannya adalah baik atau tidak baik? Well, aku menjawab itu tidak baik karena belum juga mengerti maksudku dia sudah menilai perkataanku dengan semaunya, yang aku maksud tidak seperti yang dia simpulkan. Mamak melanjutkan pertanyaan kedua, bila orang itu adalah orang yang kamu sayang, mamak misalnya, apakah orang itu baik atau sebaliknya? Dan aku tidak bisa menjawab.

Mamak tau aku tidak pernah bisa menjawab apapun yang kemudian diibaratkan dengannya dan/atau diibaratkan sebagai keluarga kami. Mamak selalu tau cara mengajariku tentang orang lain. Mamak berkata bahwa bila kita menganggap seseorang sebagai orang yang dipuja atau terlalu dihormati maka yang terjadi adalah ketakutan. Namun bila kita menganggap seseorang sebagai bawahan atau terlalu bodoh karena ilmunya atau terlalu muda karena umurnya atau terlalu miskin karena hartanya maka yang terjadi adalah kesombongan. Sedangkan bila kita menganggap seseorang sebagai keluarga maka akan tercipta hubungan yang setara, aku tidak hanya memberi penghormatan atau berbagi bimbingan tetapi juga berbagi kasih sayang. Dan yang terjadi padaku adalah ketakutan sehingga terjadi kesalahpahaman di antara kami, aku dan dia mungkin tidak memiliki banyak kasih sayang diantara kami.

Aku giliran bertanya kepada mamak, tentang bagaimana aku harus bersikap terhadap kejadian yang sudah terjadi. Mamak dengan segenap dukungannya kemudian menjawab, aku harus memaafkan bila memang bukan aku yang bersalah, begitu pula sebaliknya, harus minta maaf bila salah, tidak perlu menunggu dia untuk minta maaf atau memaafkan, teruslah bersikap baik dengan membuatnya bahagia, buat dia nyaman sehingga akan ada kasih sayang yang tercipta di antara aku dan dia.

"Bila suatu saat ada seseorang yang bersikap tidak baik padamu, bukan berarti dia tidak ingin berbaik hati padamu, melainkan dia sedang terganggu oleh masalahnya sendiri sedangkan yang harus kamu lakukan adalah memaklumi, bukan merasa bersalah atau membenci. Kamu sesungguhnya tidak pernah benar-benar tau apa saja yang sudah pernah dia lakukan untukmu. Perbaiki hubunganmu dan dia dengan terus berbuat baik padanya dan juga kepada orang lainnya. Bila ada orang lain lagi yang dia bersikap tidak baik padamu,maka kamu tidak perlu takut karenanya, karena sesungguhnya Allah tidak pernah tidak baik pada setiap umatNya. Kamu punya Allah, Nak, lalu apa lagi yang kamu takutkan bila Allah selalu di sisimu?”

Dialah mamakku dan abang, mamak bagi siswanya juga. (Mana mamakmu?)

Seorang mamak tidak akan membuat anak-anaknya jatuh atau terluka, karena itu akan melukai dirinya sendiri. Mamak pasti mengharapkan dan membimbing anak-anaknya sukses sehingga hidup bahagia, dan saat itu terjadi dia adalah makhluk Tuhan yang paling damai. Bila mamak marah atau berbuat tidak baik, mungkin saat itu dia sedang membimbing kita untuk menjadi baik bagi diri sendiri atau dia sedang berjuang keluar dari masalah lain yang dihadapinya. Baik atau tidak baik itu punya definisi bervariasi, lalu nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Tentang penulis:
Dia adalah seseorang yang sedang merasa kalut dan kecewa dengan hidupnya, kadang lupa kalau punya Tuhan, tapi Alhamdulillah punya teman-teman yang selalu mengingatkan untuk kuat dan kuat. Itu saja cukup.

No comments:

Post a Comment