Pages

Saturday, February 28, 2015

Kerja Ala ORIFLAME


Alhamdulillah nih bisa dipertemukan dengan seorang temen yang semangatnya luar biasa untuk bantu meringankan perekonomian keluarganya, Citra Seviriana Dewi. Alhamdulillah juga ditularin semangatnya ikut kerja gila di oriflame. Gila ini gila yang menyenangkan lho, oriflame itu alhamdulillah bisa jadi ajang silaturahmi dengan teman-teman, bisa menghasilkan income juga, insyaallah berkah, hal pentingnya ya kudu berusaha, berdoa dan bersedekah.

Yuk yang minat kerja bareng langsung bisa lewat inbox facebook Nurmalitha Puspitaningrum atau mention twitter @nvrma

Friday, February 27, 2015

Goyang Dumang-Cita Citata



Sakit rasanya putus cinta 
Sesaknya di dada
Membuat kita jadi gegana
Gelisah Galau Merana

Mendingan kita happy aja
Lupakan semua
Marilah kita goyang bersama
Goyang dumang namanya

Ayo goyang dumang
Biar hati senang
Pikiranpun tenang
Galau jadi hilang
Ayo goyang dumang
Biar hati senang
Semua masalah jadi hilang

Ayo goyang dumang
Biar hati senang
Pikiranpun tenang
Galau jadi hilang
Ayo goyang dumang
Biar hati senang
Semua masalah jadi hilang

Ayo goyang dumang
Ayo goyang dumang

Ayo goyang dumang
Ayo goyang dumang


Sakit rasanya putus cinta 

Sesaknya di dada

Membuat kita jadi gegana
Gelisah Galau Merana


Mendingan kita happy aja

Lupakan semua

Marilah kita goyang bersama
Goyang dumang namanya


Ayo goyang dumang
Biar hati senang
Pikiranpun tenang
Galau jadi hilang
Ayo goyang dumang
Biar hati senang
Semua masalah jadi hilang

Ayo goyang dumang
Biar hati senang
Pikiranpun tenang
Galau jadi hilang
Ayo goyang dumang
Biar hati senang
Semua masalah jadi hilang

Ayo goyang dumang

Thursday, February 19, 2015

Dia yang Ku Sebut Mamakku

Mamak, seorang wanita yang tidak bisa didefinisikan hanya dengan kata atau kalimat. Peragainya keras tetapi hatinya lembut, itu mamakku, mungkin berbeda dengan mamakmu atau mamak-mamak lainnya. Mamak lain mungkin peragainya lembut tapi hatinya kaku. Pernah aku temukan yang seperti itu, dari peragai luar tampak elok dan memesona, setelah mengenal akhirnya tau yang ada dalam hatinya, padahal barang siapa hatinya baik maka tidak perlu dipungkiri peragai luarnya di mata orang lain, sudah tentu baik.

Aku akan bercerita tentang mamakku. Aku sudah bilang di awal, mamakku tampak keras sikapnya tetapi jangan tanya soal hatinya yang baik, aku saja kalah. Mamakku tidak pernah mengataiku buruk, meski amarahnya sering kali keluar karena kenakalanku, setidaknya mamak kemudian mengerti bahwa anak muda perlu dibimbing dan diarahkan bukan sekedar diajari. Begitulah mamakku, kebetulan mamak seorang guru biologi di kelas XII salah satu SMA yang muridnya dikenal nakal. Mamak meskipun sudah masuk kepala lima tetapi selalu saja mau dari siswa-siswanya dan juga dari abang dan aku. Mamak tidak memungkiri bahwa dalam kehidupan ini semua manusia punya kehidupan yang bervariasi, tingkatan cobaan dan kekuatan bertahannya berbeda sehingga mamak bilang perlu belajar dari semua orang, bukan hanya dari orang yang lebih tua, melainkan dari yang muda juga bisa.

Aku terlahir sebagai anak perempuan mamak yang berhati kecil. Aku tidak bisa menerima perkataan kasar, bentakan ataupun cibiran orang lain, kecuali mamak. Ya, aku langsung menangis bila diperlakukan yang seperti itu dan mamak adalah tempatku menangis dan mengadu. Aku pernah mendadak telepon mamak ketika seseorang mengataiku dengan kalimatnya yang tidak enak. Mamak hanya diam dan sesekali terdengar hanya mengatakan “ya” di beberapa jeda kalimatku yang tidak terlalu jelas karena tangisanku. Aku tidak bisa berhenti menangis, begitulah aku, bila sekali menangis akan sangat lama berhenti, akan lama juga memendam perasaan bersalah atau benci.

Mamak pernah berdiskusi denganku dan abang pada suatu kesempatan. Mamak bilang mamak bukan orang yang baik karena hanya ada segelintir siswa yang suka dengan mamak. Siswa mamak mengatai mamak galak, banyak memberi PR, mengadakan jam ke-nol, memberi hukuman menggambar anatomi tubuh manusia, hewan, dan/atau tumbuhan atau menghafal surat Ar-Rahman bila tidak mengerjakan PR dan lain sebagainya. Mamak kemudian berkata dengan mimik wajahnya yang serius bahwa mamak ingin menjadi orang yang baik menurut siswanya, tetapi mamak tidak bisa. Mamak bukan tidak bisa menjadi baik, hanya saja baik atau tidak baik adalah dua hal yang definisinya selalu berbeda bagi setiap orang. Baik untukku bukan berarti baik di mata abang atau bapak, bukan berarti buruk di mata mamak. Lalu mamak bertanya pada kami, bagaimana definisi baik atau tidak baik itu?

Aku menjawab simpel saja, baik itu yang tidak menyakiti orang lain dan membuat orang lain bahagia sedangkan tidak baik itu ya sebaliknya, tetapi ada beberapa pengecualian misalnya yang terjadi pada mamak. Tujuan tidak baiknya mamak adalah untuk mendidik, mengarahkan siswanya untuk minimal menjadi baik bagi dirinya sendiri dengan mengerjakan tugas, menerima hukuman atas kesalahannya sendiri, mendidik mereka yang tidak mendapat didikan yang cukup dari lingkungannya. Abang melanjutnya, bahwa baik itu adalah yang diperintahkan Tuhan selain itu tidak baik, pada kasus yang terjadi pada mamak, tidak bisa hal yang dilakukan mamak dikatakan tidak baik karena tidak baik itu yang menyesatkan dan membuat seseorang melenceng dari baik dalam hidupnya. Bapak hanya diam dengan tumpukan kertasnya yang entah apa, mamak bilang bapak sedang fokus memasukkan nilai siswanya, sebentar lagi rapor akan dibagikan sehingga pekerjaan bapak harus dikebut.

Mamak kemudian bertanya padaku, tentang orang yang mengataiku hingga dulu membuatku menangis. Apakah yang dilakukannya adalah baik atau tidak baik? Well, aku menjawab itu tidak baik karena belum juga mengerti maksudku dia sudah menilai perkataanku dengan semaunya, yang aku maksud tidak seperti yang dia simpulkan. Mamak melanjutkan pertanyaan kedua, bila orang itu adalah orang yang kamu sayang, mamak misalnya, apakah orang itu baik atau sebaliknya? Dan aku tidak bisa menjawab.

Mamak tau aku tidak pernah bisa menjawab apapun yang kemudian diibaratkan dengannya dan/atau diibaratkan sebagai keluarga kami. Mamak selalu tau cara mengajariku tentang orang lain. Mamak berkata bahwa bila kita menganggap seseorang sebagai orang yang dipuja atau terlalu dihormati maka yang terjadi adalah ketakutan. Namun bila kita menganggap seseorang sebagai bawahan atau terlalu bodoh karena ilmunya atau terlalu muda karena umurnya atau terlalu miskin karena hartanya maka yang terjadi adalah kesombongan. Sedangkan bila kita menganggap seseorang sebagai keluarga maka akan tercipta hubungan yang setara, aku tidak hanya memberi penghormatan atau berbagi bimbingan tetapi juga berbagi kasih sayang. Dan yang terjadi padaku adalah ketakutan sehingga terjadi kesalahpahaman di antara kami, aku dan dia mungkin tidak memiliki banyak kasih sayang diantara kami.

Aku giliran bertanya kepada mamak, tentang bagaimana aku harus bersikap terhadap kejadian yang sudah terjadi. Mamak dengan segenap dukungannya kemudian menjawab, aku harus memaafkan bila memang bukan aku yang bersalah, begitu pula sebaliknya, harus minta maaf bila salah, tidak perlu menunggu dia untuk minta maaf atau memaafkan, teruslah bersikap baik dengan membuatnya bahagia, buat dia nyaman sehingga akan ada kasih sayang yang tercipta di antara aku dan dia.

"Bila suatu saat ada seseorang yang bersikap tidak baik padamu, bukan berarti dia tidak ingin berbaik hati padamu, melainkan dia sedang terganggu oleh masalahnya sendiri sedangkan yang harus kamu lakukan adalah memaklumi, bukan merasa bersalah atau membenci. Kamu sesungguhnya tidak pernah benar-benar tau apa saja yang sudah pernah dia lakukan untukmu. Perbaiki hubunganmu dan dia dengan terus berbuat baik padanya dan juga kepada orang lainnya. Bila ada orang lain lagi yang dia bersikap tidak baik padamu,maka kamu tidak perlu takut karenanya, karena sesungguhnya Allah tidak pernah tidak baik pada setiap umatNya. Kamu punya Allah, Nak, lalu apa lagi yang kamu takutkan bila Allah selalu di sisimu?”

Dialah mamakku dan abang, mamak bagi siswanya juga. (Mana mamakmu?)

Seorang mamak tidak akan membuat anak-anaknya jatuh atau terluka, karena itu akan melukai dirinya sendiri. Mamak pasti mengharapkan dan membimbing anak-anaknya sukses sehingga hidup bahagia, dan saat itu terjadi dia adalah makhluk Tuhan yang paling damai. Bila mamak marah atau berbuat tidak baik, mungkin saat itu dia sedang membimbing kita untuk menjadi baik bagi diri sendiri atau dia sedang berjuang keluar dari masalah lain yang dihadapinya. Baik atau tidak baik itu punya definisi bervariasi, lalu nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Tentang penulis:
Dia adalah seseorang yang sedang merasa kalut dan kecewa dengan hidupnya, kadang lupa kalau punya Tuhan, tapi Alhamdulillah punya teman-teman yang selalu mengingatkan untuk kuat dan kuat. Itu saja cukup.

Sunday, February 15, 2015

LCC Kebidanan Se-Pulau Jawa

Yukk bidan-bidan yang kuliahnya di pulau jawa, recommended banget nih buat ikutan acara ini Lomba Cerdas Cermat Kebidanan Se-Pulau Jawa 
Waktu: 25 Maret 2015
Tempat: Kampus Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Jl.Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta
CP: 087839642743 (Indri)

Surat Untuk Kak Mandra

Untuk Yts. Kakak Mandra

Selamat malam kak, bagaimana kabar Curug Muncar? Maksud hati ingin segera menikmati setiap hembusan sejuk udara di sana, melepas segala tekanan kuliah yang sudah hampir usai ini dan menggunakan satu kesempatan untuk sekedar mengucapkan salam padamu. Kak, berhubung kita tidak dapat saling berbagi waktu, kali ini biarkan surat ini menjadi sarana komunikasi kita. Biarpun satu arah, tapi bila sudah terposting di media sosial bukan tidak mungkin kamu meninggalkan komentar di bagian bawah posting ini.

Sudah berapa lama kita tidak bertemu? Sebulan atau dua bulan, atau sudah lebih Kak? Entahlah sudah terlalu lama. Apa yang sedang kamu lakukan di situ, sibuk dengan urusan yang membuatmu senang ya? Lalu bagaimana dengan aku, tidakkah kamu memiliki sedikit kerinduan padaku? Baiklah, aku yakin kamu pernah merindukanku barang kali sekali, dan itu cukup bagiku. Jangan terlampau banyak menumpuk kerinduan karena sebenarnya kerinduan bisa disalurkan kepada yang membutuhkan. Seandainya ada donor rindu, mungkin kamu dan aku akan menjadi pendonor terbanyak.

Oh iya Kak, Sabtu malam ini makanan olahan coklat laris di jual di supermarket, bahkan warung kecil milik Budhe Watik saja dagangan coklatnya ludes terjual Kak, sepertinya bukan karena Valentine, melainkan terjadi lonjakan orang stress di sini karena faktor-faktornya masing-masing (menurutku ini bisa dijadikan penelitian, judulnya “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan Makanan Olahan Coklat di Warung Budhe Watik Pada Sabtu Malam”). Sedangkan aku adalah bagian dari mereka yang aku sebut orang stress, Kak. Aku harus berbagi cerita padamu tentang stress, kali ini bukan tentang tugas akhir, melainkan tentang pertanyaan yang tidak bisa aku jawab. Sekarang pertanyaan ini aku berikan padamu, tentang cinta yang kamu definisikan selama ini. Kamu masih ingat tentang cinta kan, kalau tidak, mungkin hatimu sudah kaku. Cek ig kami ya Kak, ada bermacam-macam produk peleleh hati. Bisa langsung diorder.

Kak Mandra, bagimu cinta itu apa sih? Apakah cinta itu saat aku atau kamu merasakan kagum pada sesuatu, diungkapkan atau disimpan atau didiamkan saja sampai waktu yang tidak bisa ditentukan, apakah begitu? Ada jawaban lain, mungkin cinta itu pengorbanan untuk sesuatu yang paling berharga sehingga diperoleh kebahagiaan yang lebih banyak dari pengorbanan itu? Atau jangan-jangan cinta itu sebatas berbagi coklat manis seribuan? Kak, komentar dong ke Tuhan.

Cinta itu sulit ya dipahami, menurutku sama sulitnya dengan memahamimu. Bagaimana bisa aku paham, bahkan hanya beberapa kali kita bertemu, tanpa kabar dan hanya berkirim salam lewat doa itu menjadi rutinitas wajib, bagiku, mungkin bagimu juga. Sedangkan berkirim salam lewat kawan agaknya sudah biasa kita lakukan. Lalu, bagaimana definisi operasional cinta bagiku? Tidak akan aku jawab sampai kamu sendiri yang mempertanyakannya.

Kakak Mandra yang tidak ganteng, tidak gokil dan tidak meneduhkan. Kamu memang bukan pohon yang memanjakan orang dengan rimbun dedaunanmu, bukan juga pelawak ataupun model yang bisa memuaskan banyak orang dengan hiburan yang kamu tampilkan. Tetapi Kak, aku rasa cinta merubah segalanya, kamu adalah pohon, pelawak dan model. Tidak…kamu lebih elok daripada itu semua dan ini karena cinta. Kamu bisa jadi adalah pelangi yang mencintai hujan, datang setiap selesai hujan dan menghilang kemudian. Terus saja seperti itu sampai warna pelangi berubah hitam-putih.

Ah, Kak, aku atau kamu bukankah kita tidak pernah membahas tentang cinta. Cinta yang tidak pernah bisa didefinisikan oleh banyak orang termasuk kita. Cinta bahkan melampaui segalanya, bukan hanya dalam konteks aku dan kamu. Hubungan kakak-adik, pertemanan, pacaran, suami-istri bahkan hanya sebagian kecil dari cinta. Cinta bisa membahagiakan dan juga membutakan banyak hal, seperti bahagianya aku mengenal sosokmu dan butanya aku karena kecintaanku padamu.

Kakak Mandra, komentar dong ke Tuhan. Selagi masih ada waktu untuk memohon dan memperbaiki diri, mengapa harus jadi pelangi? Jadilah yang lain, suamiku mungkin. Ya, apapun itu, semangat meraih kappa yang sama ya Kak. Tanpa kappa yang sama, cinta akan lebih sulit bertemu dan direalisasikan bersama, aku dan kamu.

Yang Menyayangimu
-Dicha-

Wednesday, February 4, 2015

Senja Stasiun Kutoarjo

Tentang Meninggalkan Cinta (bukan) karena Takut Ketinggalan Kereta

"Cinta, sesuatu yang tidak pernah bisa aku ungkapkan, hanya disimpan sendiri untuk diungkapkan di tempat lain, atau ditebarkan agar membuat orang lain gembira, tidak di sini, tetapi di tempat yang lebih tepat" (Dicha, 21 tahun, single) 

Langit mulai didominasi indahnya jingga, elok seperti pelangi, hanya saja keduanya berbeda soal komposisi warna, dan senja kali ini istimewa, senjanya Stasiun Kutoarjo. Loket tiket adalah bagian paling sempurna untuk menunggu, mengamati puluhan ekspresi calon penumpang yang bervariasi, memperhatikan laju ekonomi yang dibangun oleh beberapa pedagang asongan, dan satu hal, menikmati kesendirian pada setiap penantian.

Tiket sudah di tangan, saatnya melalui gerbang yang dijaga dua orang petugas stasiun menuju ruang tunggu stasiun. Lambaian tangan mulai terlihat pada beberapa calon penumpang pemilik tiket, cium tangan, pelukan hangat dan sedikit air mata menjadi hiasan khas perpisahan. Well, I’m alone, so I’m not doing that activities girls. Let’s move, ruang tunggu. Sesekali tubuhku berbalik, mengamati kembali suasana teras loket, berharap semua sudah aku bawa termasuk cinta yang sempat tertinggal di sini, Purworejo.

Gerbong panjang kereta melintas pelan, melalui jalan khususnya yang disebut rel. Rel adalah jalan yang dimiliki kereta, tidak terputus hingga ke stasiun berikutnya dan berikutnya, hanya ada beberapa jeda yang dijaga palang pintu kereta, tidak seperti jalan cintaku padamu yang penuh dengan jeda. Jeda yang entah berdasarkan karakteristik apa, aku bahkan tidak pernah paham tentang jeda. Pastinya jeda dibuat agar setiap hal tidak monoton, tetapi bervariasi. Seperti halnya kemesraan, jeda atau lebih popular dengan jarak menjadi kekuatan khas yang dapat mendorong setiap orang untuk mempertahankan cinta pada yang dicintainya. Sedangkan aku seperti gerbong kereta, dikendalikan perasaan dan kepercayaan, melaju pada rel sayang yang didesain memiliki (sedikit) jeda untuk menuju stasiun terakhir, cintamu.

Kamu tahu bagian paling tepat menikmati senja di antara lalu-lalang gerbong kereta di stasiun ini? Menurutku spot paling bagus adalah di lajur tengah kemudian menghadap ke arah barat, so good. Sayangnya, keretaku kali ini tidak berada di lajur tengah, keretaku akan melewati lajur yang lain, jadi aku lebih memilih berdiri di pinggir lajur keretaku.

Sesungguhnya di lajur ini seseorang (yang kemudian disebut kamu) pernah bercerita tentang memilih kereta, hanya dua, Sriwedari atau Prambanan express, kendaraan menuju stasiun Tugu Jogja. Sama-sama angkutan kereta namun tidak sama, berbeda. But it’s not the point it’s just a part of his joking. Semua diumpamakan seperti stasiun dan isinya, bila aku dan dia adalah gerbong, maka kamu adalah stasiun tujuanku atau tujuannya, lalu kamu akan mempertimbangkan gerbong mana yang akan kamu izinkan berhenti stasiunmu. 

Kamu pun pernah melukiskan cerita tentang senja. Senja yang tetap akan kembali setiap sore, sama halnya mentari yang tetap akan kembali pada pagi hari, mereka punya siklus yang sudah paten oleh Tuhan. Aku atau dia dan kamu pun akan seperti senja dan mentari, bila berjodoh maka Tuhan akan mendatangkan aku atau dia kepadamu, lalu membuatkan siklus paten agar di antara kita ada kata “saling melengkapi” bukan lagi datang dan pergi.

Satu jam berlalu, kereta terakhir, Sriwedari express sudah siap di depanku berdiri. Sekali lagi aku putar badanku ke belakang, kanan dan kiri, mengamati lalu-lalang para pemilik tiket yang berhamburan ingin segera masuk gerbong. Hey, why am I so sad? Apakah ada yang tertinggal di sini sehingga aku harus tertahan lebih lama? Tidak, tidak ada yang tertinggal, hanya saja aku ingat satu hal tentang pertemuan terakhir kita di lajur ini, kamu memilih Sriwedari. Saat pertanyaanku meluncur tentang mengapa memilih Sriwedari, hanya satu jawabanmu, karena Sriwedari=aku. 

Kali ini aku harus segera masuk gerbong Sriwedari, tetap meninggalkan cintaku di Stasiun Kutoarjo, bukan karena takut ketinggalan kereta, melainkan untuk mengambilnya lain waktu. Aku titipkan padamu cintaku, boleh disimpan tetapi jangan dibagi, karena di saat yang tepat Sriwedari akan berhenti di stasiun yang sama, stasiunmu, Kutoarjo.