Aku menunggumu
di sini, di tempat terakhir kita berpisah, stasiun Tugu. Aku ingat betul,
lambaian tanganmu, senyum dan kalimat terakhir yang kamu teriakkan padaku.
Ketika itu malam telah larut dan keretamu belum juga menjemput, dingin dan
suasana mulai sepi. Tak terlihat lagi pedagang asongan berkeliling, pengemis
meminta-minta dan lalu-lalang penumpang yang biasanya padat merayap. Ya, hanya
ada beberapa orang saja di sana, termasuk kita berdua. Malam itu, keterlambatan
kereta membuatku bersyukur, aku punya lebih banyak waktu untuk berbincang
denganmu sebelum keberangkatanmu ke Jakarta, aku harap itu bukanlah pertemuan
terakhir kita dan aku yakin kamu pasti kembali suatu hari nanti.
Aku
duduk di sini, lantai dimana dulu mata kita saling menyatu. Aku sendiri dan
entah sudah berapa lama aku berada di sini, hanya sebuah pemutar musik kecil
menemaniku. Aku menunggumu, kepulanganmu ke Jogja, berharap perpisahan yang
cukup lama tak akan membuatmu lupa akan aku, dan kenangan kita.
Satu
jam berlalu dan keretamu belum tiba di sini. Aku masih menunggumu, aku baca
buku yang pernah kamu berikan padaku saat ulang tahun ke 18, aku buka halaman
demi halaman. Buku itu, tak pernah bosan ku baca, sampul merahnya selalu
mengingatkanku pada semangat dan kesungguhanmu menggapai cita-cita. Isi buku
yang sesuai dengan kuliah yang aku ambil membuatku bersemangat belajar dan
caramu memberikannya padaku saat itu, membuatku tak pernah lupa betapa besarnya
perhatianmu padaku.
Dua
jam sudah aku menunggu, aku pikir keretamu delay terlalu lama. Ya, terlalu
lama, ataukah sebenarnya kamu tidak pulang hari ini, apa besok pagi ataukah
justru kamu sudah pulang kemarin. Aku mulai khawatir, aku hubungi ponselmu.
Nonaktif, dan aku sama sekali tak bisa menghubungimu. Aku putuskan menunggu,
aku yakin kamu pasti datang sore atau malam ini. Kamu tak mungkin membohongiku,
sms darimu beberapa waktu lalu meyakinkanku bahwa kamu pasti datang.
Tiga
jam, dan tak juga ada kabar darimu. Apa yang sebenarnya terjadi padamu, lupakah
kamu bahwa hari ini adalah jadwalmu pulang ke Jogja. Aku putuskan untuk
beranjak dari tempat dudukku. Aku susuri lorong-lorong stasiun Tugu, berharap
aku akan menemukanmu atau sekedar menemukan kenangan kita saat itu. Kakiku
terhenti, aku lelah. Aku pikir aku akan pulang. Aku tak ingin meninggalkan
tempat ini, menghentikan penantianku padamu sore ini, tetapi maafkan aku, aku
harus pulang. Jika malam ini keretamu tiba di sini, aku harap kamu tidak akan
marah padaku karena meninggalkanmu. Maafkan aku, aku pulang.
No comments:
Post a Comment