Pages

Thursday, October 11, 2012

Menunggumu di Stasiun Tugu


Aku menunggumu di sini, di tempat terakhir kita berpisah, stasiun Tugu. Aku ingat betul, lambaian tanganmu, senyum dan kalimat terakhir yang kamu teriakkan padaku. Ketika itu malam telah larut dan keretamu belum juga menjemput, dingin dan suasana mulai sepi. Tak terlihat lagi pedagang asongan berkeliling, pengemis meminta-minta dan lalu-lalang penumpang yang biasanya padat merayap. Ya, hanya ada beberapa orang saja di sana, termasuk kita berdua. Malam itu, keterlambatan kereta membuatku bersyukur, aku punya lebih banyak waktu untuk berbincang denganmu sebelum keberangkatanmu ke Jakarta, aku harap itu bukanlah pertemuan terakhir kita dan aku yakin kamu pasti kembali suatu hari nanti.

            Aku duduk di sini, lantai dimana dulu mata kita saling menyatu. Aku sendiri dan entah sudah berapa lama aku berada di sini, hanya sebuah pemutar musik kecil menemaniku. Aku menunggumu, kepulanganmu ke Jogja, berharap perpisahan yang cukup lama tak akan membuatmu lupa akan aku, dan kenangan kita.
            Satu jam berlalu dan keretamu belum tiba di sini. Aku masih menunggumu, aku baca buku yang pernah kamu berikan padaku saat ulang tahun ke 18, aku buka halaman demi halaman. Buku itu, tak pernah bosan ku baca, sampul merahnya selalu mengingatkanku pada semangat dan kesungguhanmu menggapai cita-cita. Isi buku yang sesuai dengan kuliah yang aku ambil membuatku bersemangat belajar dan caramu memberikannya padaku saat itu, membuatku tak pernah lupa betapa besarnya perhatianmu padaku.
            Dua jam sudah aku menunggu, aku pikir keretamu delay terlalu lama. Ya, terlalu lama, ataukah sebenarnya kamu tidak pulang hari ini, apa besok pagi ataukah justru kamu sudah pulang kemarin. Aku mulai khawatir, aku hubungi ponselmu. Nonaktif, dan aku sama sekali tak bisa menghubungimu. Aku putuskan menunggu, aku yakin kamu pasti datang sore atau malam ini. Kamu tak mungkin membohongiku, sms darimu beberapa waktu lalu meyakinkanku bahwa kamu pasti datang.
            Tiga jam, dan tak juga ada kabar darimu. Apa yang sebenarnya terjadi padamu, lupakah kamu bahwa hari ini adalah jadwalmu pulang ke Jogja. Aku putuskan untuk beranjak dari tempat dudukku. Aku susuri lorong-lorong stasiun Tugu, berharap aku akan menemukanmu atau sekedar menemukan kenangan kita saat itu. Kakiku terhenti, aku lelah. Aku pikir aku akan pulang. Aku tak ingin meninggalkan tempat ini, menghentikan penantianku padamu sore ini, tetapi maafkan aku, aku harus pulang. Jika malam ini keretamu tiba di sini, aku harap kamu tidak akan marah padaku karena meninggalkanmu. Maafkan aku, aku pulang.

No comments:

Post a Comment