Pages

Saturday, January 5, 2013

Hei, Kamu Sayangku


"Kamu, ya kamu yang selalu absen dalam kesedihanku, tidakkah kamu tahu bahwa kekasihmu tidak hanya membutuhkan kata-kata indah yang kamu rangkai?"
Hei, kamu pulang lagi malam ini, saat aku sedang membutuhkan kehadiranmu karena keterpurukanku. Aku jatuh lagi sayang, dan kamu lagi-lagi tidak ada untukku. Ya, seperti biasa, kamu hanya berkata ini itu untuk meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja, padahal itu semua tidak berpengaruh apa-apa bagiku. Kamu, ya kamu yang selalu absen dalam kesedihanku, tidakkah kamu tahu bahwa kekasihmu tidak hanya membutuhkan kata-kata indah yang kamu rangkai? Harus aku akui, kamu tidak senyaman dulu sayang, apa ini semua karena aku yang juga tidak senyaman dulu, benarkah kamu tidak lagi nyaman denganku sehingga kamu tidak lagi perhatian seperti dulu? Aku merindukan kamu yang dulu sayang, dan aku tidak yakin kamu akan jadi kekasihku yang dulu, terlebih dengan komitmen yang kamu ajukan beberapa hari lalu, dan yang telah kita setujui. Semua memudar perlahan, dan lagi-lagi pasti akan kabur dari pandangan kita masing-masing. Kita akan kembali ke tempat awal kita bertemu dan tidak lagi saling mengenal. Aku membutuhkanmu sayang, sebentar saja untuk menyandarkan kepalaku yang teramat berat untuk aku junjung sendiri. Kamu ingat, aku belum pernah lagi menyandarkan kepalaku di pundakmu setelah perpisahan pertama kita. Ya, mana mungkin kamu ingat, aku tidak yakin kamu bisa dengan baik mengingatnya, atau mungkin kamu sudah lupa.

Aku ingat sayang, aku tidak lebih dari kekasihmu, seseorang yang aku pun tidak yakin apa dan bagaimana kedudukannya bagimu, dalam hidupmu. Aku pikir hubungan kita mungkin lebih tepat disebut teman dekat, bukan lagi kekasih karena aku memang tidak tepat dijadikan kekasih. Ya, aku, orang yang tidak kamu pedulikan ketika kita terpisah jauh, dan sedikit kamu perhatikan ketika kita sedang berdekatan. Bahkan aku tak pernah bisa memberimu perhatian dan sayangku, mana bisa aku lakukan jika aku tak pernah kamu beri kesempatan untuk menunjukannya. Bukankah kita selalu hidup sendiri-sendiri ketika kamu pergi? Ya, selalu saja begini, tidak ada status jelas karena kamu bilang kejelasan adalah ketika kita telah memasuki gerbang pernikahan.

Hei sayang, aku tak bisa sendiri saat ini dan kamu tetap meninggalkanku. Kamu bahkan tak pernah tahu apa masalahku, kamu hanya berkata bahwa semua akan baik-baik saja, ya akan baik bagimu, tapi tidak bagiku. Aku kacau sayang, dan sekali lagi kamu absen dalam kekacauanku.

No comments:

Post a Comment