"Kamu, ya kamu yang selalu absen dalam kesedihanku, tidakkah kamu tahu bahwa kekasihmu tidak hanya membutuhkan kata-kata indah yang kamu rangkai?"
Hei, kamu pulang lagi malam ini,
saat aku sedang membutuhkan kehadiranmu karena keterpurukanku. Aku jatuh lagi sayang,
dan kamu lagi-lagi tidak ada untukku. Ya, seperti biasa, kamu hanya berkata ini
itu untuk meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja, padahal itu semua tidak
berpengaruh apa-apa bagiku. Kamu, ya kamu yang selalu absen dalam kesedihanku,
tidakkah kamu tahu bahwa kekasihmu tidak hanya membutuhkan kata-kata indah yang
kamu rangkai? Harus aku akui, kamu tidak senyaman dulu sayang, apa ini semua
karena aku yang juga tidak senyaman dulu, benarkah kamu tidak lagi nyaman
denganku sehingga kamu tidak lagi perhatian seperti dulu? Aku merindukan kamu
yang dulu sayang, dan aku tidak yakin kamu akan jadi kekasihku yang dulu,
terlebih dengan komitmen yang kamu ajukan beberapa hari lalu, dan yang telah
kita setujui. Semua memudar perlahan, dan lagi-lagi pasti akan kabur dari
pandangan kita masing-masing. Kita akan kembali ke tempat awal kita bertemu dan
tidak lagi saling mengenal. Aku membutuhkanmu sayang, sebentar saja untuk
menyandarkan kepalaku yang teramat berat untuk aku junjung sendiri. Kamu ingat,
aku belum pernah lagi menyandarkan kepalaku di pundakmu setelah perpisahan
pertama kita. Ya, mana mungkin kamu ingat, aku tidak yakin kamu bisa dengan
baik mengingatnya, atau mungkin kamu sudah lupa.
Aku ingat sayang, aku tidak lebih
dari kekasihmu, seseorang yang aku pun tidak yakin apa dan bagaimana
kedudukannya bagimu, dalam hidupmu. Aku pikir hubungan kita mungkin lebih tepat
disebut teman dekat, bukan lagi kekasih karena aku memang tidak tepat dijadikan
kekasih. Ya, aku, orang yang tidak kamu pedulikan ketika kita terpisah jauh,
dan sedikit kamu perhatikan ketika kita sedang berdekatan. Bahkan aku tak
pernah bisa memberimu perhatian dan sayangku, mana bisa aku lakukan jika aku
tak pernah kamu beri kesempatan untuk menunjukannya. Bukankah kita selalu hidup
sendiri-sendiri ketika kamu pergi? Ya, selalu saja begini, tidak ada status
jelas karena kamu bilang kejelasan adalah ketika kita telah memasuki gerbang
pernikahan.
Hei sayang, aku tak bisa sendiri
saat ini dan kamu tetap meninggalkanku. Kamu bahkan tak pernah tahu apa
masalahku, kamu hanya berkata bahwa semua akan baik-baik saja, ya akan baik
bagimu, tapi tidak bagiku. Aku kacau sayang, dan sekali lagi kamu absen dalam
kekacauanku.
No comments:
Post a Comment