“…selamat tambah umur, panjang&berkah umur, sehat&sukses selalu, semoga lancar kuliah, makin dewasa&bermanfaat buat orang-orang sekitarmu…”
Ya, selamat ulang tahun, semoga
doa baik dari orang-orang yang mendoakanmu dikabulkan oleh Tuhan, tidak
terkecuali doaku yang amat sederhana. Selamat ulang tahun, tahun ini hanya doa
yang bisa aku berikan padamu, tidak ada lagi kado, tidak ada lagi pertemuan dan
traktir. Aku pikir kamu tidak akan mengharapkan kado dariku lagi, bukankah
begitu? Meskipun begitu, jauh-jauh hari sudah aku siapkan kado kecil untukmu,
tidak mahal, tetapi kado itu bermakna bagiku dan aku harap begitu pula bagimu.
Sayang ya, kado itu harus tertahan sia-sia di sini, dalam bungkusan kecil yang
mungkin sebulan lagi sudah penuh dengan usang. Kado itu sedianya ingin aku
kirimkan dua hari sebelum pertambahan umurmu, namun ternyata aku gagal
menemukan alamatmu, tidak ada yang tahu dimana kamu tinggal. Ya, aku gagal
mengirimkannya untukmu, aku menyesal di hari terakhirmu di sini aku menolak
pertemuan kita, aku menyesal belum meminta alamat rumahmu, maafkan aku, aku
memang bukan teman yang baik.
Selamat ulang tahun, mungkin
hanya kata itu yang kamu tunggu keluar dariku. Lagi-lagi, aku mengecewakanmu,
aku terlalu sibuk dengan urusanku sendiri. Bukan itu maksudku, aku bahkan tidak
pernah melupakan hari dimana usiamu bertambah dan aku harus menerima setiap
pendewasaanmu. Kamu tahu maksudku, aku tidak lupa, aku hanya menunda
mengucapkannya, karena aku tahu, selalu ada orang pertama yang mengucapkannya
padamu, kekasihmu. Ya, aku yakin dia adalah satu-satunya orang yang kamu
harapkan memberikan ucapan selamat pertama kali padamu, bukan aku. Bagaimana
dengannya, apakah dia adalah yang pertama kali?
“…aku pikir kamu tidak akan mengucapkannya, makasih ya…” katamu
dalam pesan singkat.
Aku terlambat, kamu bahkan
berpikir aku tidak akan mengucapkan kalimat yang kita anggap sakral. Apa kamu
juga berpikir aku akan melakukan hal yang sama denganmu setengah tahun lalu
ketika aku berulang tahun? Ketika kamu tidak mengucapkan selamat padaku, ketika
kamu bilang kamu tidak lupa namun tidak memberikan alasan jelas padaku. Tidak,
aku tidak akan melakukannya, aku tidak ingin mengecewakanmu. Ada yang perlu
kamu tahu, aku hanya ingin menyebutmu dalam setiap doaku, karena aku tahu di
sana kamu pasti melakukan hal yang sama denganku, berdoa untuk kebaikanmu,
kebaikan kita.
Selamat ulang tahun, hanya itu
dan doa yang bisa aku kirimkan padamu tahun ini. Aku harap tidak untuk tahun
depan dan tahun-tahun berikutnya. Aku harap kadoku akan sampai padamu suatu
hari ketika ulang tahunmu tiba. Meskipun sudah usang, aku harap kamu akan
menerimanya, membuka bungkusnya pelan dan menyimpannya baik-baik.
Selamat ulang tahun, semoga Tuhan
selalu melindungimu.
No comments:
Post a Comment