Pages

Thursday, February 21, 2013

Teruntuk Calon Putra-Putriku


Asalammualaikum sayang, calon putra-putriku, akan bagaimana kondisi kalian suatu hari kelak ketika berada dalam dekapan calon ibumu ini, aku harap kalian akan tumbuh dengan sehat dan bahagia sayang. Calon putra-putri kecilku, malam ini bintang menemaniku begadang, bulan menerangi secarik kertas putih di hadapanku, dan dengan secangkir kopi kapal api aku tuliskan keresahanku, calon ibumu. Nak, ada banyak ibu-ibu di dunia ini yang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk merawat putra-putri mereka, dan di antara mereka mungkin adalah aku. Ya, aku, tahukah engkau bahwa sesungguhnya aku bukanlah calon ibu yang baik? Baiklah nak dengarkan sejenak kegundahanku malam ini, malam-malam lalu dan juga malam-malam nanti. Pasanglah telingamu benar, hentikan sejenak aktivitasmu di sana, entah kamu sedang apa, aku mohon dengarkan aku. Jika kamu sedang duduk, mungkin kamu perlu membenahi posisi dudukmu agar tidak mudah lelah dan bosan mendengarkanku bercerita, mungkin juga kamu perlu menyiapkan beberapa makanan kecil untuk menemanimu karena agaknya aku akan cukup lama menguraikan kegelisahanku. Sekarang bersiaplah, aku akan memulainya, Nak.
Calon putra-putriku sayang, akan bagaimana kondisi kalian suatu hari kelak ketika berada dalam dekapan calon ibumu ini? Nak, perlu kamu ketahui, calon ibumu ini tidak datang dari keluarga kaya yang setiap hari bermandikan beratus-ratus uang kertas merah bergambar Soekarno, tidak juga berparas cantik seperti artis-artis televisi saat ini yang memiliki tubuh langsing dan kulit mulus putih, dan tidak juga memiliki kesabaran hati seperti Maryam ketika menjaga dan merawat Isa. Nak, perlu kamu ketahui, calon ibumu ini hanyalah perempuan biasa yang sama sekali tidak menarik, membosankan dan bagimu mungkin calon ibumu ini akan sangat membuatmu malu di hadapan calon teman-temanmu, bagaimana tidak, di saat mereka memiliki calon ibu yang cantik dan penuh kasih sayang, mungkin calon ibumu ini tidak bisa memberikan hal yang sama dengan calon ibu-ibu mereka. Ya, maafkan aku calon putra-putriku sayang, aku bukanlah calon ibu yang baik untukmu.
Calon putra-putriku sayang, nanti ketika fajar tiba dan suara adzan menggema mengisi ruang-ruang udara yang dingin pagi hari, mungkin aku akan sangat kesal jika kamu tidak segera bangun. Namun tenanglah, aku akan terlebih dahulu membangunkanmu, mengelus keningmu lembut dan menciumnya seraya memanggil namamu pelan, menunggumu membuka kelopak mata kemudian merapikan selimut dan tempat tidurmu yang berantakan setelah semalam menghantarkanmu ke daerah kecil bernama mimpi. Ya, kemudian aku dan calon ayahmu akan mengajakmu menyembah Sang Illahi, menunaikan kewajiban kita sebagai hambaNya, sholat subuh berjamaah, kamu dan aku menjadi ma’mum sedangkan calon ayahmu menjadi imam kita. Begitulah sayang, kiranya kamu tidak marah ketika calon ibumu membangunkanmu dan memintamu segera menyapa Tuhanmu, karena calon ibumu ini tidak ingin menjadikanmu calon anak yang pemalas yang tidak bersyukur atas rahmat Tuhan.

Ketika mentari mulai menampakkan dirinya, calon ibumu ini mungkin akan memberimu beberapa tugas kecil, mungkin menyapu lantai rumah kita, halaman atau mungkin menyiram bunga dan tanaman yang ada di sana, hanya tugas kecil bukan, namun aku akan sangat gembira bila melihatmu melakukannya dengan senang hati sayang. Sembari memberimu tugas kecil, aku di dapur akan menyiapkan sarapan pagi untukmu juga calon ayahmu, mungkin juga menyiapkan bekal makan siang kalian. Apa yang mungkin menjadi makanan kesukaanmu calon putra-putriku, apakah nasi goreng dengan telur dadar, atau mungkin ayam semur kecap, katakan apapun maumu, calon ibumu yang tidak pandai memasak ini akan belajar membuat makanan yang kamu inginkan. Ya, maafkan aku calon putra-putriku, mungkin masakanku terkadang akan terasa hambar di lidahmu, mungkin juga terlalu asin. 

Calon putra-putri kecilku, setiap pagi mungkin aku tidak bisa selalu melihatmu berangkat ke sekolah. Mungkin aku tidak bisa selalu melambaikan tanganku ketika di depan rumah dan melihatmu mengayuh sepeda di jalanan yang di pagi hari cukup ramai. Dan kamu, mungkin tidak akan selalu bisa mencium tanganku sebelum menuntut ilmu, mungkin hanya telepon genggam yang akan menyatukan kita. Ya, kamu bisa menelepon atau mengirimkan SMS pada calon ibumu ini sebelum melakukan aktivitasmu. Maafkan aku calon putra-putri manisku, mungkin pekerjaanku sebagai seorang bidan akan menciptakan sedikit jarak di antara kita, tapi tenanglah, profesiku ini tidak akan menjadikanku lupa akan dirimu. Sedikitpun, aku tidak ingin melewatkan pertumbuhanmu sayang, aku ingin melihatmu tumbuh dewasa setiap hari. 

Bila fajar kembali bersembunyi ke tempat tidurnya sedangkan aku belum kembali ke rumah kita yang nyaman, tenanglah sayang, jangan takut, sebelum bekerja aku tidak akan lupa menghidupkan lampu-lampu penerang yang akan menerangi dan menemanimu. Calon ibumu ini juga akan memasakkan makanan untukmu, makan malam yang akan mengganjal perutmu sebelum kamu terlelap dalam kasurmu yang empuk. Bila pukul sembilan aku belum juga datang, segeralah kerjakan pekerjaan rumahmu Nak, kemudian cucilah kaki dan jangan lupa gosok gigimu, kamu tentu tidak akan pernah lupa bagaimana cara menggosok gigi yang aku ajarkan bukan? Mari kita ulangi agar kamu semakin ingat, Nak. Pertama berkumurlah, oleskan pasta gigimu di atas bulu sikatmu yang lembut, kemudian mulailah menyikat gigimu pelan, dari atas ke bawah sembari menggerakannya dengan gerakan memutar agar sisa-sisa makananmu tidak menempel di sela-sela gigi susumu. Setelah itu berkumurlah lagi untuk menghilangkan busa pasta gigi dalam mulutmu yang masih mungil itu. Lakukan berulang kali sayang, sampai mulut dan gigimu terasa bersih dan kesat. Maafkan aku calon putra-putri kecilku, mungkin aku tidak akan selalu menemanimu melakukannya, mengerjakan pekerjaan rumahmu, menemaanimu menikmati makan malammu hingga mengantarkanmu ke tempat tidur, mencium keningmu dan mengucapkan selamat tidur padamu. Maafkan aku calon putra-putriku, calon ibumu ini bukan pelindung yang baik untukmu. 

Sayang, calon putra-putri penerus masa depan keluargaku, mungkin suatu malam ketika kamu sudah terlelap dalam mimpi-mimpimu, calon ibumu ini baru tiba di rumah setelah seharian membantu calon-calon ibu lain yang akan memiliki calon putra atau putri, sama seperti calon ibumu ini yang memilikimu. Ketika itu, aku akan masuk ke kamarmu mengelus rambutmu, membisikkan doa-doa yang akan menemani hari-harimu dan mencium keningmu pelan agar kamu tidak terbangun. Mungkin suatu saat kamu akan sangat kesal saat aku sibuk dengan cita-cita awalku, membantu calon-calon ibu melahirkan putra-putrinya. Namun sayang, aku harap kamu mengerti dan memahami profesiku, profesi yang orang bilang sangat mulia. Dengarkan aku calon putra-putriku, sesungguhnya kamu lebih berharga dari apapun termasuk pekerjaanku sebagai seorang bidan. 

Calon putra-putriku sayang, akan bagaimana kondisi kalian suatu saat ketika berada dalam dekapan calon ibumu ini? Ya, kalimat itu yang terus berputar di atas kepalaku. Pertanyaan itu yang membuatku gelisah menyambutmu sayang, calon putra-putriku. Malam ini menjadi saksi betapa air mataku tidak dapat ku bendung. Dinginnya menusuk tulang-belulangku, melemahkan hati dan pemikiranku, menggetarkan tubuhku yang tidak gemuk dan justru terlihat kering. Calon putra-putri kecilku, maukah kamu mengetahui keinginanku sayang? Tidak banyak, hanya secuil harapan kecil. Terimalah aku apa adanya, dengan segala kekuranganku, Nak. Hanya itu, sederhana bukan, tapi jangan salah, tidak semua anak dapat melakukannya, menerima sang ibu apa adanya. Ya, kamu, calon putra-putri penerus masa depanku, ketahuilah calon ibumu ini bukan orang yang baik untukmu, namun walaupun begitu aku mohon, terimalah aku, siapapun dan bagaimanapun aku, calon ibumu. 

Nak, masihkah kamu di situ, masihkah kamu duduk dan mendengarkanku bercerita, kali ini bahkan aku sudah menangis. Sekarang beristirahatlah sebentar sayang karena aku juga sudah merasa lelah bercerita. Esok ketika mentari mulai tersenyum, akan aku lanjutkan ceritaku, tentang kegelisahanku menyambutmu, calon putra-putri impianku. 

Wasalammualaikum sayang, sekarang berbaringlah di tempat tidurmu, benahi selimutmu, dekap gulingmu erat agar kamu menemukan kehangatan lain di sana sebelum berada dalam dekapan calon ibumu ini. Selamat beristirahat sayang, nikmati mimpi-mimpimu. 

-Calon ibumu, Nurma 11022013- 

from:  http://komunitasbatas.wordpress.com/2013/02/18/teruntuk-calon-putra-putriku/


No comments:

Post a Comment